Friday, January 1, 2010

Luna Maya, Perseteruan Antara Privasi dan Profesi

Akhir-akhir ini tema yang banyak dibicarakan di tiap sudut-sudut ruang dimana banyak orang berkumpul barangkali adalah persoalan yang kini menimpa artis cantik Luna Maya. Ya, bermula dari kejadian di bioskop, dimana “calon anak titinya” tersantuk kamera salah satu “reporter infotainment”, berbuntut kekesalan Luna Maya yang kemudian mengeluarkan unek-uneknya di dunia maya melalui Twitter. Kata-kata umpatan yang ditulisnya, yang ditujukan kepada reporter infotainment sontak menimbulkan pro kontra. Di satu pihak memihak Luna dan satu pihak lainnya mengecam Luna.

Dari pihak yang pro Luna, beranggapan bahwa reaksi Luna atas kejadian di bioskop adalah suatu hal yang wajar, didasarkan pada kenyataan yang menganggap perilaku reporter tersebut telah melanggar batas-batas privasi dan melanggar kode etik wartawan. Setiap orang memiliki privasi dan berhak untuk menikmati privasinya secara merdeka. Mengenai hal ini, banyak kalangan yang beranggapan demikian, bahwa banyak hal-hal yang sebenarnya tidak layak diberitakan. Akan tetapi justru hal-hal tersebutlah yang menjadi incaran para reporter yang akan menjadikan rating acara mereka menjadi tinggi. Kasus-kasus perselisihan, perselingkuhan atau perceraian akan selalu menjadi “menu” wajib di acara mereka hingga kasus-kasus tersebut selesai. Dengan demikian hal yang seharusnya menjadi urusan “dalam negeri” dan hanya diketahui orang-orang dalam, menjadi hal yang diketahui masyarakat luas. Dari segi agama, khususnya agama Islam, banyak para ulama yang menganggap bahwa infotainment adalah acara “menggosip rame-rame” dengan cara modern yang sebenarnya tidak banyak membawa faedah. Bahkan, diantaranya malah mengharamkan menonton infotainment. Alasannya, selain tidak mendatangkan manfaat, sesama muslim seharusnya menutupi aib saudaranya. Barangsiapa menutupi aib saudaranya, di hari penghitungan kelak, maka akan ditutupi pula aibnya. Dari segi pendidikan pun dianggap kurang pula mendatangkan faedah karena tema yang diangkat pada umumnya kurang memberikan motivasi atau teladan.

Dari pihak yang kontra Luna, menganggap bahwa pengungkapan “caci-maki” Luna sungguh keterlaluan, apalagi diungkapkan di media online Twitter dimana banyak orang yang “follow” di dalamnya. Sebagai artis dan public figur, hal tersebut adalah teladan yang buruk. Bagi reporter itu sendiri, adalah suatu penghinaan. Tidak hanya penghinaan secara pribadi, tapi juga dianggap penghinaan kepada dunia pers (wartawan). Masalahnya menjadi semakin berat jika menyangkut penghinaan pada profesi reporter (wartawan??). Luna dianggap telah melecehkan insan pers, dimana mereka menganggap dirinya turut berjasa dalam membesarkan nama Luna. Insan pers punya payung hukum yang dapat digunakan untuk menjerat Luna. Mengenai hal ini pun, muncul pertanyaan dan beda pendapat apakah reporter infotainment dapat dikategorikan atau dianggap sebagai wartawan?

Apa yang akan terjadi selanjutnya dari kasus ini barangkali adalah :

-terjawabnya pertanyaan orang-orang yang meragukan apakah reporter infotainment adalah wartawan atau tidak.
-jika reporter menang, akan menjadi pelajaran bagi para artis lainnya untuk tidak sembarangan “menghina” para reporter infotainment
- jika Luna yang menang, akan menjadi pelajaran bagi para reporter, khususnya infotainment untuk “tidak melanggar privasi” orang

Dan akhirnya, apapun yang akan terjadi nantinya, semoga saja ini menjadikan bahan untuk introspeksi bagi kita semua.

No comments:

Post a Comment